![]() |
Gambar/Freepik.com/AF |
Selepas puasa ini hanya satu agenda besar dalam hidupku, yaitu meneyelesaikan studi S1 yang dimulai dari ujian skripsi pada 20 Juli mendatang, selepas itu masih belom terpikirkan. Jadi agenda selain itu adalah segera mendapatkan pekerjaan. Karena saya pikir selepas sidang nanti (20 Juli) otomatis mengakhiri masa studi S1 yang kujalani selama 10 semester (Heeheeh).
Kembali ke nuansa lebaran yang kali ini saya nikmati sendirian, hampir sama seperti tahun sebelumnya. Lebaran tahun ini kembali saya lalui di tanah rantau Jakarta dimulai dari perayaan sholat Id di Masjid Istiqlal, masjid terbesar se-Asia Tenggara bersama pengurus baru PB HMI 2016-2018 hingga merayakannya di tempat sekjen PB HMI “kanda Amijaya”. Lebaran tahun ini agak sedikit berbeda dari sebelumnya, tidak ada baju baru tidak ada hal-hal yang wow melainkan lebih pada kesederhanaan. Kesederhanaan ini bukan tanpa alasan karena saya sendiri lebih seneng memakai uang THR untuk membeli buku (3 Buku), berbagi sesama temen hingga pengaktifan situs pribadi ( www.omfizi.com ).
Nah sebelum terlambat dan lebaran menjauh, izinkan saya minta maaf kepada kepada kalian semuanya baik yang pernah bersua ataupun belum terlebih kepada orang tua, keluarga, dan temen-temen seperjuangan dari SD, MTs, MA, perguruan tinggi hingga sekarang. Maklum “kata orang kalo punya dendam jangan ditimbun, sampah aja bau kalo ditimbun, mending maafin”.
Gimana masih mau nimbun kesalahanku??
Jauh dari Nuansa Kampung yang Penuh Damai
Aku lahir dan dibesarkan di kampung kecil tepatnya di daerah kampung Mosok Dusun Leda Kecamatan Sakra Timur, kira-kira 35 menit dari kota Selong (Ibu kota Lombok Timur). Semasa kecil hingga remaja tentunya aku dibesarkan di pendidikan pesantren dekat rumah sehingga nuansa lebaran sangat lekat dan terasa sekali masa-masa itu, keliling kampung, ikut arak-arakan takbiran, sering ikut lomba di acara PHBI, keliling silaturrahmi ke rumah keluarga, guru-guru dan teman-teman kampung. (hm.. jadi merindukan kalian semua)
Pokoknya merindukan semuanya terutama “Ayam Opor dan Sambel Cabe” masakan spesial buatan ibu tercinta, apalagi “Poteng dan Banget” yang selalu menjadi menu khusus saat hari raya. O ia “Poteng dan Banget” ini merupakan kue yang dibuat dari ketan, kalo “Poteng” merupakan ketan yang difermentasikan selama beberapa hari. Makanan ini wajib ada saat hari-hari besar terutama saat acara pernikahan, sunatan, pengajian dan lain-lain di daerah Lombok . Sedangkan “Banget” merupakan jajanan yang ditumbuk dengan alu di nampan atao tempat makanan sejenisnya hingga berbentuk lingkaran kemudian di potong kecil-kecil untuk menjadi santapan hari raya. O ia jika “Banget” tidak habis saat lebaran, maka sisanya bisa dijemur dan di jadikan keripik.
Tapi semuanya hanya menjadi cerita yang kini sangat dirindukan untuk dinikmati maklum 2 kali lebaran selalu ditanah rantau (sebentar lagi mau ngalahin rekor bang Toyib. Hehehe). “Bu”.. disini aku baik-baik aja, sedang berproses sperti yang engkau impikan. Insya allah selesai studi pra S2 dinda pulang, yakin aja saya sudah bisa mengatasi berbagai kerikil kecil di rantau karena aku sudah ga cengeng lagi, dinda Cuma minta selalu doakan seperti pintaku sebelum-sebelumnya. Yang jelas semuanya tak perlu di sesali, sepatutnya dijadikan pembelajaran utk waktu yang akan datang agar bisa kembali bersama orang tua. Amin
“Kembali padamu, seindah kembali ke fitri. Terimalah permohonan maaf lahir dan batinku ini. Selamat hari raya Idul Fitri 1437 H”
(AF/catatan kecil saat lebaran)