Dalam rangka memperkuat silaturrahmi dan rasa syukur serta sebagai rangkaian perayaan Dies Natalis Unindra PGRI ke 14, Pascasarjana Unindra PGRI menggelar lomba menghias nasi tumpeng di gedung kampus A Unindra PGRI lantai 4, Jumat (31/08/2018).
Berbagai kreasi unik nan cantik mulai dari ornamen tudung saji terbuat dari wortel, serta ucapan ulang tahun ke 14 Universitas Indraprasta PGRI berbentuk tulisan dari ornamen pendukung dan sayur atau bahan lainnya menghiasi nasi tumpeng yang ditampilkan oleh para mahasiswa Pascasarjana yang menjadi peserta lomba.
Suasana kekeluargaan penuh canda tawa terjadi saat para peserta menghias nasi tumpeng yang disajikan dalam lomba, mereka bebas berkreasi sesuai dengan tema yang ditentukan pihak panitia pelaksana.
Seperti yang dilakukan oleh peserta yang berasal dari perwakilan kelas Reguler 2A Pascasarjana Prodi IPS Unindra PGRI, mereka berkreasi menghias tumpeng menjadi sebuah buku yang bertuliskan "Hut ke 14 Unindra S2 IPS 2A OK".
"Filosofi yang ingin kami tampilkan dalam lomba menghias tumpeng ini adalah sebuah buku, kami tahu bahwa setiap buku memiliki lembaran terakhir, setelahnya tidak ada lembaran lagi yang bisa ditulisi; maknanya adalah setiap orang punya jatah usia masing-masing. Semuanya pasti akan mati, semua tidak ada yang abadi di dunia. Setelah mati, kita tidak bisa mengulangi minta hidup lagi. Sedangkan kita tidak pernah tahu kapan kita mati, kita tak pernah tahu lembaran hidup kita yang terakhir. Kita hanya mempersiapkan bekal untuk menghadap Sang Pencipta, bukan mulai besok atau bulan depan. Namun memang mulai dari sekarang". Ujar Saepul, juru bicara sekaligus Ketua Kelas Reguler 2A IPS Unindra PGRI.
Sementara itu, dari pihak institusi yang tidak mau disebutkan namanya menyebut kegiatan lomba nasi tumpeng ini merupakan rangkaian kegiatan memperingati Dies Natalis Unindra PGRI ke 14.
"Kegiatan ini, digelar untuk memperingati Dies Natalis Unindra PGRI
sebagai bentuk dan rasa syukur dan perkuat silaturrahmi antar civitas akademik dilingkungan kampus" ujarnya.
Lebih lanjut lagi, pemenang lomba hias tumpeng yang berasal dari Kelas Reguler 2C Bahasa Inggris menyebutkan lomba nasi tumpeng bukan hanya sekedar mencari siapa pemenang. Tetapi lebih kepada mempererat tali silaturahmi antara setiap mahasiswa maupun civitas akademika di lingkungan Pascasarjana Unindra PGRI Jakarta.
"Ini kegiatan yang menarik buat kami, bagus buat mempererat silaturrahmi antar mahasiswa dan civitas akademika di lingkungan Unindra PGRI Jakarta. Bersyukur juga atas anugerah pemenangnya, namun yang jelas kami tidak mengincar sebagai pemenang melainkan semangat kekeluargaan dan silaturrahminya. Ujar Muhammad Wirama saat di wawancarai.
Tumpeng dan Rasa Syukur
Pada tahun 2013, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia menobatkan nasi tumpeng sebagai salah satu dari 30 ikon kuliner Indonesia. Penyajian nasi tumpeng dalam nampan besar, bulat, dari anyaman bambu, nasi kerucut dengan aneka lauk pauk sebagai pelengkap. Identik dengan kebudayaan masyarakat Jawa ketika perayaan suatu peristiwa penting atau kenduri.
Pada tahun 2013, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia menobatkan nasi tumpeng sebagai salah satu dari 30 ikon kuliner Indonesia. Penyajian nasi tumpeng dalam nampan besar, bulat, dari anyaman bambu, nasi kerucut dengan aneka lauk pauk sebagai pelengkap. Identik dengan kebudayaan masyarakat Jawa ketika perayaan suatu peristiwa penting atau kenduri.
Tumpeng berasal dari sebuah singkatan ‘yen metu kudu mempeng’ yang memiliki arti tersendiri. Bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, ‘yen metu kudu mempeng’ berarti ‘ketika keluar harus sungguh-sungguh semangat.’
Tak heran jika nasi Tumpeng dari dulu hingga saat ini sering dijadikan hidangan dalam suatu perayaan yang memiliki makna ucapan syukur ataupun kebahagiaan. Sebab, makna tumpeng sendiri adalah baik, yakni ketika terlahir manusia harus menjalani kehidupan di jalan Tuhan dengan semangat, yakin, fokus, dan tidak mudah putus asa.
Umumnya, proses pemotongan ujung kerucut nasi tumpeng diawali dengan menguraikan terlebih dahulu makna perayaan dari pemotongan tumpeng, berdoa ucapan syukur, selanjutnya nasi tumpeng dipotong dan diserahkan untuk orang yang dihormati sebagai wujud penghormatan, barulah setelah itu nasi tumpeng disantap bersama-sama.
Upacara potong tumpeng ini melambangkan rasa syukur kepada Tuhan dan sekaligus ungkapan atau ajaran hidup mengenai kebersamaan dan kerukunan. (Berbagai Sumber/AF)