Pendidikan Makin Berkembang, Lapenmi Harus Persiapkan Diri
Memasuki abad ke-21 perkembangan globalisasi semakin pesat yang ditandai mulai tidak adanya sekat-sekat yang memisahkan diantara Negara-negara di dunia. Hal tersebut tidak lepas dari pekembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang kian melesat. Globalisasi melahirkan kompetisi yang terbuka dengan Negara-negara di dunia, yang mengharuskan setiap orang untuk siap berpacu dan bersaing dalam menyikapi perubahan yang bergitu cepat dan beragam secara global. Demi menjadi Negara yang mampu bersaing dengan Negara-negara maju di dunia dibutuhkan sumberdaya manusia yang berkualitas, baik jasmaniah maupun rohaniah. Pengembangan sumber daya manusia yang ideal tersebut dapat diupayakan melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan wahana sentral dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di era global. Untuk itu perlu dibuka kesempatan seluas-luasnya bagi setiap insan untuk mengembangkan potensi intelektual dan nilai-nilai yang mencerminkan jati diri bangsa melalui jalur pendidikan. Kebijakan pendidikan harus diupayakan dalam mengembangkan sosok manusia prima yang diidamkan selama ini. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, pemerintah sudah mengambil berbagai kebijakan dalam bidang pendidikan, namun hasilnya belum sesuai dengan harapan kita semua.
Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999). Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survei dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia. Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Permasalahan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar. Salah satunya adalah memasuki abad terus ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Yang memberikan peluang dan tantangan yang begitu besar bagi kemajuan bangsa ini.
Menyikapi permasalahan mengenai mutu pendidikan di Indonesia yang kian menurun dari tahun ketahun, pemerintah telah mengambil berbagai kebijakan berkenaan dengan hal tersebut. Namun kebijakan-kebijakan pemerintah masih mengandung kontroversi di kalangan para pemikir pendidikan. Relevansi kebijakan pemerintah terus dipertanyakan demi mencapai keberhasilan pendidikan di Indonesia.
Sebagai bagian dari masyarakat, maka Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam yang sudah memiliki basis massa di 200an Cabang HMI se-Indonesia ingin mengabdikan diri untuk bersama dengan berbagai elemen pemerintah dan swasta menyiapkan SDM negara kita guna menjadi manusia yang memiliki kapasitas dan mampu berdaya saing dengan berbagai SDM Global.
(Berbagai Sumber)