Buku yang berjudul
“Afrika Yang Resah; Nyanyian Lawino dan Nyanyian” ini merupakan kumpulan sajak karangan Okot p’Bitek, ia adalah
sastrawan besar dari tanah Afrika. Okot p’Bitek lahir di Uganda tepatnya di
daerah Gulu pada tahun 1931. Menamatkan sekolah dasar dan menengah pertamanya
di daerah Hudo, beliau kemudian melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu Sekolah Guru yang berada
di daerah Mbarara. Kemudian setelah proses pendidikannya selesai Okot p’Bitek
menjadi seorang Guru bahasa Inggris dan Agama di sekolah dekat kota
kelahirannya. Karya pertama Okok P Bitek dalam bidang sastra berupa sebuah
novel yang menceritakan seorang pemuda yatim yang dihampiri banyak masalah
gara-gara berusaha mengumpulkan kekayaan demi mememuhi mas kawin pernikahannya.
Sebelum Okot p’
Bitek terjun di bidang sastra, ia bergelut di bidang sepakbola dan bermain
untuk tim sekolah, kelab, kecamatan hingga tim nasionalnya. Kegemarannya dalam
dunia olahraga inilah yang membuatnya berkesempatan berkeliling ke berbagai
tempat di Uganda bahkan hingga ke Inggris. Kesempatan berkeliling ke berbagai
tempat tersebut dimanfaatkan Okot p’Bitek menggali tradisi rakyatnya dan kemudian
menjadi inspirasinya untuk menulis. Ketika tim sepakbola yang diikutinya
mendapat kesempatan bermain di Inggris pada tahun 1958, ia tidak ikut pulang
bersama timnya. Ia malah menetap untuk belajar bahasa Inggris di Universitas
Bristol; kemudian ia mengikuti sekolah hukum di Aberystwyth.
Buku yang berjudul Afrika Yang Resah; Nyanyian Lawino dan Nyanyian terinspirasi oleh berbagai
persoalan penting yang terjadi di dalami negaranya yang baru keluar dari
jeratan kekuasaan negara Barat. Pesan besar yang tersirat dalam tulisan Okot p’Bitek ini adalah mengajak kita semua untuk melihat rangkaian
persoalan yang kompleks itu dari berbagai sudut pandang kehidupan; agar kita
terus menyadari dan merenungkan kembali pilihan-pilihan yang telah kita
marjinalkan selama ini. Mungkin kita bahkan masih merasakan bahwa permaslahan-permasalahn
itu masih tetap menjadi masalah bagi kita saat ini.
Sajak-sajak yang
terangkum dalam buku ini bisa menjadi nilai tambah bagi kita; sebagai pengalaman
baru untuk kita hayati, dalam buku ini juga mengingatkan kita akan berbagai
persoalan yang timbul lingkungan sekitar kita, baik dari aspek sosial, politik,
dan budaya yang mungkin sekali selama ini sudah kita anggap selesai namun
realitanya masih tetap berupa masalah.
Bagi anda penyuka
sastra buku ini sangat bagus untuk dibaca, memiliki ketebalan 185 halaman,
desain cover yang bagus, simpel, dan ringan. Adapun dari segi kertas, buku ini
sangat rekomended karena tampilan isi yang sederhana, jelas dan mudah dipahami
meskipun sebagian besar sajak yang terkandung dalam buku tersebut menggunakan majas
yang terlalu metaforis. (AF)