![]() |
Gambar: Amak Fizi |
Ketidakpopuleran Djohan Efendi bisa dibuktikan di internet dan melakukan search menggunakan google, hasil pencarian tersebut muncul sekitar 43.000 item, itupun sudah bercampur dengan Djohan Efendi yang lain. Kalah jauh dari mendiang sahabat dan teman diskusinya “Gus Dur” yang mencapai 2.200.000 item. Sedikitnya nama Djohan di internet mengindikasikan bahwa beliau jarang menjadi media darling.
Namun Jonminofri Nazir wartawan, pengamat media, fotografer senior dan kini bekerja untuk QTV menyebutkan bahwa Djohan Efendi adalah manusia yang memegang komitmen dan selalu menghargai orang, semuanya ia buktikan selama ia hidup dan berdiskusi di rumah Djohan, 25 tahun lalu di Jalan Proklamasi bahkan tak jarang pula sering pulang jalan kaki menuju rumahnya.
Lebih lanjut lagi, Jonminofri menyebutkan bahwa prestasi besar seorang Djohan Efendi ada tiga, yaitu; Pertama, Inisiatif Djohan Efendi menerbitkan buku Pergolakan Pemikiran Islam karangan Ahmad Wahib (teman seperjuangannya di HMI dan forum diskusi limited group) pasca meninggalnya Ahmad Wahib.
Kedua, Penulis pidato presiden Soeharto, bagi sebagian orang pekerjaan tersebut dibilang tidak penting namun Djohan sendiri merasa bahwa dengan menulis pidato presiden ide dan gagasannya tersalurkan untuk bangsa, bahkan tulisannya tidak pernah dikoreksi oleh Soeharto. Tidak banyak yang pernah menjadi penulis pidato presiden sebuah dokumen negara yang menjadi bahan kutipan pers.
Ketiga, sebagai Menteri Sekertaris Negara yang memberikan ruang terbuka dan posisi yang sama pada golongan minoritas Indonesia. Ada adagium yang paling menonjol di ingatan Jomnifori Nizar ketika sering berdiskusi bersama teman-mahasiswa dirumahnya pak Djohan dulu, “Kalau kita merasa benar dengan apa yang kita yakini, orang lain yang berkeyakinan berbeda tentu merasa benar juga dengan apa yang diyakininya” istilah tersebut tentu menjadi kerangka berfikir kita untuk saling menghormati antar sesama dan umat beragama.
Yang perlu Anda ketahui, sebelum Nurcholish Madjid merumuskan NDP sebagai ideologi organisasi HMI , Djohan Efendilah yang lebih dulu mengkampanyekan keberagaman dalam memaknai kebenaran dan gerakan-gerakannya yang cenderung intelektualitas dan menerima perbedaan keyakinan. Karena saat itu Djohan Efendi sangat intens melakukan gerakan-gerakan pembaharuan bersama karib seperjuangannya si “Ahmad Wahib” ketika di Jogja. (AF/disadur dari buku “Sang Pelintas Batas; Biografi Djohan Efendi”).