Beberapa waktu lalu saya tidak sengaja menemukan film horor
di laptop teman sekamar, film tersebut bercerita tentang perjalanan horor anak muda
yang berencana membuat film “Menari di Atas Angin”. Dengan latar belakang yang
indah, yaitu kota Jogjakarta membuat saya semakin penasaran dengan ritme
filmnya. Usut punya usut film bergenre horor ini tayang perdana pada tahun 2009
lalu (saat itu baru lulus MA Muallimin NW Gunung Rajak).
Diawal-awal, film keramat ini menampilkan adegan-adegan yang
hampir sama dengan film horor lainnya; terdapat skenario mistis, teks, dan alur
cerita yang agak membosankan. Dengan kondisi membosankan saya mencoba mencari
tahu film tersebut dan ternyata sangat menarik, sebab film tersebut dinilai
menjadi salah satu cerita dokumentasi sebelum gempa Gunung Merapi di tahun 2006
lalu. Disisi lain, ending film tersebut membuat rasa penasaran dan bikin ga
puas; yaitu hilangnya beberapa pemeran utama di lokasi syuting. Karena penasaran sayapun mencari tahu lebih
lanjut dan hasilnya bikin bulu kuduk merinding ngeri.
Seperti yang dikutip dari berbagai sumber, bahwa film
“Keramat” murni film yang diperankan oleh para tokoh-tokoh yang terlibat
langsung saat kejadian. Awalnya film ini tidak akan ada jika para tim produksi
film “Menari di Atas Angin” melakukan survei lokasi (pra syuting di Bantul).
Perjalanan tim produksi film inilah yang melatarbelakangi berbagai peristiwa
dan kejadiaan yang dialami para pemeran “Keramat” mulai dari hal mistis, sedih,
keceriaan, hingga keseremannya.
Berawal dari Pra
Syuting Menari di Atas Angin
Sebuah tim produksi film berjudul "Menari di Atas
Angin" berangkat dari Jakarta ke Bantul dengan tujuan melakukan
pra-shooting . rombongan tersebut terdiri dari sang sutradara wanita bernama
Miea (Miea Kusuma), asisten sutradara Sadha (Sadha Triyudha), manajer produksi
Dimas (Dimas Projosujadi), kedua pemain utama Diaz (Diaz Ardiawan) dan Migi
(Migi Parahita). Bersama mereka ditemani tim behind-the-scene yakni Poppy
(Poppy Sovia) dan kameramennya Cungkring (Monty Tiwa). Selama perjalanan
menggunakan kereta, Poppy sebagai pewawancara merekam aktivitas tim produksi.
Di Bantul, mereka dipandu oleh talent lokal bernama Brama
(Brama Sutasara), ketika itu kondisi Migi kurang baik, terlebih setelah di
mobil, mereka diganggu oleh seseorang yang menyuruh mereka untuk pulang.
Sesampai di desa terpencil untuk pra-shooting, banyak hal-hal aneh terekam
kamera, seperti bunyi gamelan, suara tangisan, hingga penampakan wanita berbaju
khas Jawa.
Keesokan harinya, terjadi konflik karena Miea menganggap
hasil dari proses reading di Jakarta dianggap kurang maksimal, Mieapun sering
marah dan memaki para kru. Setelah observasi tempat di Candi Borobudur, mobil
yang ditumpangi Diaz, Migi, Poppy, Cungkring, dan Pak Lukman sang driver
melihat kobaran api yang besar melintasi mobil mereka, setelah bertanya kepada
penduduk lokal yang aneh, mereka berhasil kembali ke penginapan. Sesampai di
penginapan, kesasaran itu dikira sebagai argumen Diaz yang dikira pergi ke
diskotik.
Keesokannya, setelah peristiwa tersebut Migi terlihat lemah
dan saat diperiksa oleh Poppy di tempat tidurnya, tanpa disengaja ia menemukan
uban. Melihat kondisi Migi yang tidak memungkinkan tim pun sepakat membawa Migi
ke dokter, namun niatan tersebut urung dilakukan sebab tubuh Migi tidak bisa
diangkat meskipun dilakukan enam orang dan tim pun sepakat membiarkan kondisi
tersebut dengan niat membiarkan Migi beristirahat. Hal aneh lagi, pada malam
harinya para tim produksi film “Menari di Atas Angin” mendengar dan menyaksikan
Migi menyinden dengan bahasa Jawa (Hiii Ngeri…!!!!), sehingga dengan kondisi
seperti itu timpun menyimpulkan bahwa Migi kerasukan makhluk halus bernama Nyi
Pramodawerdani yang menempati daerah daerah pra syuting yang direncanakan
tersebut.
Saat siang keesokan harinya, Miea memarahi Dimas karena
proses pra-shooting yang molor dan tidak kondusif dengan jadwal shooting yang
akan dilaksanakan seminggu lagi (Menari di Atas Angin). Miea juga memaksa Poppy
dan talent lain untuk memulangkan Migi kendati kondisinya masih buruk karena
Miea mempunyai banyak aktris cadangan casting untuk menggantikannya.
Setelah beragam argumen, diputuskanlah untuk memanggil
paranormal. Ketika berkonsultasi, Migi yang seharusnya di kamar pergi ke
paranormal dan berbicara. Alasan Nyi Pramodawerdani untuk merasuki Migi karena
Migi masih keturunan darinya. Kemudian, paranormal itu meramu bahan ramuan
untuk Migi dan hanya memperbolehkan masuk Sadha, Brama, dan Dimas untuk
membantu si paranormal. Setelah dimuncratkan ramuan dan dipegangi Sadha, Brama,
dan Dimas, Migipun tenang dan tertidur. Setelah mereka berkumpul lagi di tengah
penginapan, mereka mendapat fakta mengejutkan bahwa Migi menghilang padahal
Sadha menjaga pintu kamar dan tidak melihat seseorang masuk maupun keluar, sang
paranormal mengatakan Migi dibawa ke dunia roh halus.
Kemudian esok paginya, paranormal itu mengatakan bahwa
mereka akan diantarnya ke Pantai Parangtritis, karena paranormal itu bilang
pintu alam dunia manusia dengan dunia roh halus berada disana. Sadha, Brama,
Dimas, Miea, Migi, dan Cungkring menunggu di tepian pasir sementara sang
paranormal membaca mantera di pinggir laut. Kemudian seorang wanita penjual
jamu datang dan menjajakan dagangannya. Setelah itu, ia pergi ke paranormal dan
menghilang. Lalu, paranormal itu menyuruh keenam orang untuk mengikutinya,
perlahan, seorang demi seorang menghilang.
Mereka saling bertemu di depan sebuah candi. Paranormal itu
berpesan kepada Brama untuk mengikuti jalur melati untuk menemukan Migi. Mereka
berenam mendengar suara di hutan dan pergi ke hutan tersebut. Di hutan, mereka
menemukan banyak kejadian aneh yang berakibat pada menghilangnya tim produksi
seperti Brama dan Diaz. Pada puncaknya, ratu penguasa dunia roh itu meminta agar
manusia berhenti merusak alam dan berpesan mereka hanya bisa pergi sebelum
matahari muncul dan apabila mereka tidak berhasil, mereka akan terperangkap di
dunia roh selamanya. Setelah mereka berhasil membebaskan Migi, Dimas, Miea, dan
Cungkring harus kehilangan nyawa saat ingin melarikan diri. Sadha menggendong
Migi sementara kini Poppy yang memegang kamera, sampai di pinggir hutan dan
tiba di lereng Gunung Merapi. Kemudian terjadi gempa, Poppy, Migi, dan Sadha
berhasil melarikan diri kendati tanpa membawa kamera. Lalu, setelah rekaman
berakhir, layar memunculkan kliping koran yang mengatakan gempa di Bantul bukan
gejala alam biasa, serta memberitakan bahwa setelah 4 kru film hilang, kamera
berhasil ditemukan sebagai referensi penyelidikan.
Fakta Seputar Film
Keramat Yang Perlu Kamu Ketahui
Fakta #1: Sebelum
pengambilan gambar, kru meminta seorang dukun di Kaliurang untuk sengaja
membuat seseorang keserupan agar bisa dipelajari dan diadegankan kembali dalam
film.
Fakta #2: Film ini
tidak punya skenario. Monty Tiwa memberi tahu para aktor apa yang harus
dilakukan dan dikatakan 15 menit sebelum camera roll.
Fakta #3: Para kru
film adalah 15 orang pilihan dari 60 orang yang biasa bekerja dalam produksi
Moviesta. Mereka adalah ‘kesatuan elit’ yang paling tangguh dan gila yang ada
di Moviesta.
Fakta #4:
Sebelumnya Starvision berketetapan untuk tidak memproduksi film horor lagi
tahun ini. Namun, 15 menit setelah mendengar presentasi konsep Keramat kontrak
untuk pembuatan film tersebut ditandatangani.
Fakta #5: Keramat
merupakan penerapan konsep subjective camera yang pertama dalam perfilman
nasional. Di tingkat internasional, baru 3 film yang dikenal luas yang
melakukan pendekatan yang sama: Blairwitch Project, Rec dan Cloverfield.
Fakta #6: Saat
mengambil gambar di Imogiri, di sebuah perbukitan tempat makam raja-raja Jawa,
sebuah tangan yang tak kelihatan mendorong D.O.P kami hingga menyebabkan
kakinya patah.
Fakta #7: Di hari
terakhir pengambilan gambar di Merapi, Monty Tiwa mengalami kelelahan yang luar
biasa hingga tidak bisa berpikir dengan jernih. Anehnya, seorang dengan
gangguan kejiwaan muncul di lokasi dan mengajaknya bicara. Setelah itu, Monty
merasa jernih kembali.
Fakta #8:
Kenyataan dalam film ini menjadi terlalu nyata bagi para pemeran. Sebagian dari
mereka masih belum bisa mengatasi tekanan mental yang diakibatkannya.
Fakta #9: Ken,
asisten sutradara 1, hampir meninggalkan kegiatan di hari keempat pengambilan
gambar karena tekanan yang sangat besar dalam pembuatan film ini.
Fakta #10: Pada
hari ketiga pengambilan gambar di Bantul, pukul 2 pagi, suara "drumband
ghoib" yang melegenda di sana terekam dalam salah satu take.
Fakta#11: Semua
kru merasa dirasuk rasa cemas sebelum pengambilan scene terakhir di Imogiri
karena Monty sama sekali tidak memberi tahu tentang adegan apa yang akan
diambil hingga menit-menit akhir pengambilan gambar.
Fakta#12: Kami
kembali untuk pengambilan gambar ulang scene tertentu karena filenya hilang
tanpa bekas dari hard drive dan back up nya.
Fakta#13: Keramat
sebenarnya merupakan kisah keseimbangan antara manusia dan alam dengan
menggunakan latar belakang peristiwa gempa Bantul tahun 2006.
Fakta#14: Semua
pemeran menggunakan nama asli masing-masing atas keinginan Monty demi
menghasilkan kondisi yang benar-benar nyata.
Fakta #15: Setelah
pengambilan gambar, seluruh kru dan pemeran rata-rata kehilangan 5 sampai 10 kg
berat tubuhnya.
Fakta#16: Saat
Migi berlatih menyanyikan lagu Jawa tradisional (nembang) Jacqueline mengambil
gambarnya dengan kamera dan berhasil merekam sebuah cahaya biru yang aneh
mengambang di atas kepalanya.
Fakta#17: Setelah
gempa tahun 2006 banyak cerita-cerita tak resmi yang beredar di Yogya tentang
penyebab sebenarnya dari bencana tersebut.
Fakta#18: Walau
sudah menyaksikan film ini beberapa kali, Cesa David Luckmansyah supervisor
editor masih terkaget-kaget oleh scene tertentu.
Fakta#19: Keramat
juga menjadi film Indonesia pertama yang tidak memakai ilustrasi musik. Semua
suara adalah riil, apa adanya. (AF/berbagai sumber)