Setiap usaha diharuskan untuk memiliki pemimpin yang
bener-bener berkualitas dan memiliki kapabilitas sesuai dengan bidangnya, salah
seorang ilmuan barat pernah menganalogikan seorang pemimpin itu sebagai sebuah
ikan, dimana anda ketahui sendiri bahwa ikan pasti membusuk berawal dari
kepalanya.
Begitupun jua dengan sebuah perusahaan, jika tidak dipimpin
secar baik dan professional maka bias diprediksikan perusahaan tersebut akan
kolaps. Untuk itu kepemimpinan dalam wirausaha diperlukan sekali untuk membawa
usaha tersebut menjadi survive. Untuk lebih jelasnya berikut akan dibahas apa
sih kepemimpinan itu dan bagaimana seharusnya cirri-ciri pemimpin yang baik
itu?. Semoga materi ini membantu reader untuk mendapatkan refrensi sesuai
dengan harapannya
Makna Kepemimpinan
dan Kriteria yang sering Muncul dalam Usaha
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi
orang lain atau sekelompok orang ke arah tercapainya suatu tujuan organisasi
yang telah disepakati bersama sebelumnya.
Kepemimpinan penting sekali bagi pengelolaan usaha karena
kepemimpinan adalah modal yang sama pentingnya dengan kepercayaan dan
kreativitas, kepemimpinan menggabungkan kreativitas dan kepercayaan menjadi
sebuah usaha yan efektif dan berpengaruh luas dan hidup, usaha yang dibangun
tanpa kepemimpinan, hanya akan menjadi usaha yang tidak berkembang (Stagnan).
Dengan adanya kepemimpinan yang bagus niscaya akan membentuk
usaha anda makin berkembang dan menjadi besar serta banyak orang mau bekerja
untuk anda, kepemimpinan dibentuk secara bertahap, sejalan dengan tumbuhnya usaha
(kombinasi dari pengetahuan, pengalaman, ketrampilan, cara mengarahkan dan
penerimaan), kepemimpinan sangat penting dalam krisis untuk membuat setiap
pegawai dan semua orang yang terlibat dalam usaha anda percaya bahwasanya anda
tidak panik, menjadi tempat last resort
solusi atas semua permasalahan dan menjadi panutan. Unsur utama yang mencakup
dan mempengaruhi bidang kepemimpinan tersebut ada 3, yaitu :
Kepemimpinan
Melibatkan Orang Lain.
Seorang wirausaha akan berhasil apabila dia berhasil
memimpin karyawannya atau pembantu-pembantu yang mau berkerjasama dengan dia
untuk memajukan perusahaan.
Kepemimpinan
Menyangkut Distribusi Kekuasaan.
Para wirausaha mempunyai otoritas untuk memberikan sebagian
kekuasan kepada karyawan atau seorang karyawan diangkat menjadi pemimpin pada
bagian tertentu
Kepemimpinan
Menyangkut Penanaman
Pengaruh Untuk Mengarahkan Bawahan. Seorang wirausaha juga
harus dapat memberi contoh yang baik bagaimana melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan yang diperintahkan Seorang pemimpin harus mempunyai keterampilan
Technical Skill yaitu kemampuan untuk melakukan pekrjaan-pekrjaan yang bersifat
operasional atau teknis, Human Skill yaitu kemampuan bekerja sama dengan para
bawahan dan membangun tim kerja dengan pendekatan kemanusiaan, Conceptual Skill
yaitu kemampuan yang menyusun konsep dan mengungkapan pikirannya.
Keberhasilan atau efektifitas kepemimpinan tidak sajalah
diukur bagaimana memberdayakan bawahannya tapi uga kemampuannya menjalankan
atau melaksanakan kebijakan perusahaan melalui cara atau gaya kepemimpinannya.
Pola atau gaya kepemimpinan sangat tergantung pada karakteristik individu
pemimpin menghadapi bawahan berdasarkan fungsinya sebagai atasan.
Kriteria yang sering
Muncul dalam Usaha
Tidak ada gaya kepemimpinan yang paling baik, karena gaya
kepemimpinan haruslah fleksibel dan harus disesuaikan dengan perilaku, sistem
nilai yang dianut bawahan, situasi lingkungan, kematangan dan situasi bawahan.
Seorang pemimpin yang berhasil dan efektif bila dapat melakukan gaya
kepemimpinan yang tepat pada situasi yang tepat. Terdapat kriteria perilaku
kepemimpinan yang dapat menentukan gaya kepemimpinan pengusaha adalah:
a.Gaya
Kepemimpinan Diktator
Pada kepemimpinan diktator atau otokratis, pemimpin membuat
keputusan sendiri karena kekuasaan terpusatkan dalam diri satu orang. Pemimpin
tersebut memikul tanggung jawab dan wewenang penuh. Pengawasan bersifat ketat,
langsung dan tepat. Keputusan dipaksakan dengan menggunakan imbalan dan
kekhawatiran akan dihukum. Jika ada, maka komunikasi bersifat turun kebawah.
Bila wewenang dari pemimpin diktator bisa menjadi otokrat kebapak-bapakan.
b.Gaya
Kepemimpinan Partisipasi
Pola kepemimpinan partisipasi adalah pola kepemimpinan
dimana atasan memotivasi bawahan untuk berperan serta dalam organisasi terutama
dalam pengambilan keputusan sehingga akan mendatangkan gairah bagi para
bawahan. Pada kepemimpinan ini pendelegasian wewenang sangat diutamakan, sedangkan
komunikiasi berjalan baik untuk mencari solusi dalam setiap permaslahan yang
ada. Pada kepemimpinan partisipasi, pemimpin cenderung memberikan perhatian
kepada bawahan dan pekerjaan sehingga komunikasi berjalan berbagai arah
(situasional dan diagonal). Kepemimpinan partisipasi ini tidak efektif bila
bawahan tidak menunjang keberhasilan perusahaan karena bawahan tidak matang.
Davis (1997) dalam Dalimunthe (2002: 80) menyatakan partisipasi adalah
keterlibatan dan emosional dari orang-orang dalam situasi kelompok yang
mendorong mereka untuk memberikan sumbangan pada tujuan kelompok dan ikut serta
bertanggungjawab.
c. Gaya
Kepemimpinan Delegasi
Mendelegsaikan adalah memberi tanggung jawab sepenuhnya
kepada bawahan untuk mengerjakan suatu pekerjaan dan meminta pertanggungan
jawab dari pelaksanaan pekerjaan. Seorang pemimpin berhak mendelegasikan
wewenang kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, pemimpin menyerahkan
tanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan penyelesaian pekerjaan. Pimpinan tidak
akan membuat peraturan-peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan tersebut, dan
hanya melakukan sedikit kontak dengan bawahan.
d. Gaya
Kepemimpinan Konsiderasi
Konsiderasi yang diberikan oleh pimpinan merupakan faktor
yang penting dalam mencapai tujuan organisasi. Sangat penting dimiliki oleh
seorang pemimpin adalah kemampuan memberikan perhatian pada bawahan, agar
menghasilkan kerja yang optimal. Konsiderasi yang diberikan merupakan motivasi
kepada para bawahan untuk lebih giat bekerja sehingga prestasi kerjanya akan
lebih baik. Para bawahan yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan,
perbedaan ini seringkali didasarkan oleh tujuan dan kebutuhan masing-masing
yang berbeda dari bawahan.
Kewirausahaan
Kata entrepreneurship yang dahulunya sering diterjemahkan
dengan kata kewiraswastaan akhir-akhir ini diterjemahkan dengan kata
kewirausahaan. Entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu entreprendre
yang artinya memulai atau melaksanakan. Wiraswasta atau wirausaha berasal dari
kata: Wira yaitu utama, gagah berani, luhur; Swa: sendiri; Sta: berdiri; dan
Usaha: kegiatan produktif.
Hisrich, Peters, dan Sheperd (2008:h 10)
mendifinisikan “Kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatuyang baru pada
nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung risiko keuangan,
fisik, serta risiko sosial yang mengiringi, menerima imbalan moneter yang
dihasilkan, serta kepuasan dan kebebasan pribadi”.
Kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai pengambilan risiko
untuk menjalankan usaha sendiri dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk
menciptakan usaha baru atau dengan pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang
dikelola berkembang menjadi besar dan mandiri dalam menghadapi
tantangan-tantangan persaingan (Nasrullah Yusuf, 2006). Kata kunci dari kewirausahaan
adalah Pengambilan
resiko, Menjalankan
usaha sendiri, Memanfaatkan peluang-peluang, Menciptakan
usaha baru, Pendekatan
yang inovatif, dan Mandiri
Kepemimpinan dalam Kewirausahaan
Kepemimpinan adalah proses mengarahkan perilaku orang lain
kearah pencapaian suatu tujuan tertentu. Pengarahan dalam hal ini berarti
menyebabkan orang lain bertindak dengan cara tertentu atau mengikuti arah
tertentu. Wirausahawan yang berhasil merupakan pemimpin memimpin para
karyawannya dengan baik. Seorang pemimpin dikatakan berhasil jika percaya pada
pertumbuhan yang berkesinambungan, efisiensi yang meningkat dan keberhasilan
yang berkesinambungan dari perusahaan.
Perbedaan Antara Manajer Dan Pemimpin
Manajemen bertujuan menyelenggarakan sebuah proses yang
mapan dan berhasil dengan seefisien mungkin, menyingkirkan kemajemukan dan
risiko. Manajemen orang cenderung memiliki pendekatan yang sama, dengan sebuah
system pemberian imbalan dan hukuman. Kepemimpinan berkenaan dengan perubahan
untuk mencapai sebuah visi jangka panjang baru untuk perusahaan. Kepemimpinan
selalu tidak bisa meninggalkan keterlibatan risiko. Lalu apa perbedaan Pemimpin dengan Manajer?
Pemimpin
|
Manajer
|
Diangkat
oleh pengikut
|
Diangkat
oleh kekuasaan
|
Mengandalkan
kewibawaan personal
|
Mengandalkan
kewibawaan posisi
|
Bergerak
sebagai pencetus ide
|
Bertindak
sebagai penguasa
|
Bertanggung
jawab pada bawahan
|
Bertanggung
jawab pada atasan
|
Bagian
dari pengikut
|
Bagian
dari organisasi
|
Membangkitkan
kepercayaan
|
Bergantung
kepada pengawasan
|
Melihat
perspektif jangka panjang
|
Melihat
jangka pendek
|
Apa
dan mengapa
|
Bertanya
kapan dan bagaimana
|
Menatap
masa depan
|
Melihat
hasil pokok
|
Melahirkan
|
Meniru
|
Menantangnya
|
Menerima
status quo
|
Menginovasi
|
Mengelola
|
Orisinal
|
Tiruan
|
Mengembangkan
|
Mempertahankan
|
Kepemimpinan Awal dan Kepemimpinan Kontemporer
Pertama, Gaya Demokratis : melibatkan bawahan,
mendelegasikan wewenang diantara masing-masing jabatan, mendorong partisipasi
setiap karyawan.
Kedua, Gaya otokratis: mendiktekan metode kerja, membatasi
partisipasi setiap karyawan.
Ketiga, Gaya Laissez Faire: memberikan kebebasan pada
kelompok untuk membuat keputusan.
Sementara itu, kepemimpinan kontemporer lebih menekankan kepada
“pembentukan perilaku”. Pembentukan perilaku tersebut lebih menggunakan kata-kata,
gagasan, dan kehadiran fisik untuk mengendalikan bawahan. Ada beberapa macam teori
kontemporer dalam kepemimpinan yang dapat disampaikan disini, yaitu:
Teori Atribusi Kepemimpinan
Teori ini mengemukakan bahwa kepemimpinan
adalah kemampuan pemimpin mengelola sifat-sifat/ciri/latarbelakang orang-orang
yang dipimpinnya sehingga dapat dipengaruhi untuk melakukan sesuatu demi
kepentingan organisasi. Untuk mencapai kepemimpinan yang efektif seorang
pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku para bawahannya,
ia mutlak perlu mengenali karakteristik, kepentingan, kebutuhan, kecenderungan
perilaku dan kemampuan mereka. Melakukan hal tersebut jelas tidak mudah karena
sesungguhnya manusia adalah mahluk yang sangat kompleksitas. Kemampuan
kepemimpinan yang fenomenal dan cerdas merupakan dasar pemikiran dari teori
atribusi kepemimpinan.
Pengertian Atribusi adalah sifat yang menjadi ciri
khas suatu benda atau orang atau dapat pula diartikan sebagai suatu proses
bagaimana seseorang atau seorang pemimpin mencari kejelasan sebab-sebab dari
perilaku orang lain atau bawahan.Atribusi juga merupakan sebuah teori kognitif
yang digunakan untuk menjelaskan bagaimana seorang manajer atau pimpinan
menginterpretasikan informasi mengenai kinerja seorang bawahan dan memutuskan
bagaimana akan bereaksi terhadap bawahan tersebut. Persepsisosial yang
menjelaskan apa yang ada di balik gejala/sikap/perilaku yang tampak secara
inderawi pada individu. Atribusi disposesi adalah kemampuan, keterampilan atau
motivasi internal pada individu yang secara umum diidentifikasikan dengan
perilaku seseorang/individu.
Kepemimpinan Kharismatik – Visioner.
Pemimpin yang antusias,
dan percaya diri yang kepribadian dan tindakannya mempengaruhi orang untuk
berperilaku dengan cara tertentu.
Karisma merupakan sebuah atribusi yang berasal dari proses interaktif
antara pemimpin dan para pengikut. Atribut-atribut karisma antara lain rasa
percaya diri, keyakinan yang kuat, sikap
tenang, kemampuan berbicara dan yang lebih penting adalah bahwa atribut-atribut
dan visi pemimpin tersebut relevan dengan kebutuhan para pengikut. Pemimpin
yang melampaui karisma karena kemampuannya menciptakan dan menyatakan visi yang
realistis, layak dipercaya, dan menarik mengenai masa depan.
Kepemimpinan Transformasional.
Kemimpin yang memberi inspirasi
untuk bertindak melebihi kepentingan pribadi demi organisasi. Pemimpin
pentransformasi (transforming leaders) mencoba menimbulkan kesadaran para
pengikut dengan mengarahkannya kepada cita-cita dan nilai-nilai moral yang
lebih tinggi.
Pemimpin Transaksional. Pemimpin yang membimbing atau memotivasi pengikutnya menuju sasaran
yang ditetapkan dengan memperjelas atau persyaratan tugas.
Pengertian Faktor X
Faktor X yang dimaksud disini adalah factor – factor lain,
selain factor yang datangnya bukan dari dalam diri kita sendiri. Misal, seperti
factor luck atau keberuntungan, do’a, dll. Keberuntungan atau dewi fortuna ini
memang berpengaruh dalam kehidupan kita dan setiap aktivitas yang kita lakukan.
Misal,saat termasuk perkuliahan, banyak orang – orang yang berlomba untuk lulus
test perkuliahan. Banyak orang yang pandai yang ikut test tersebut tetapi
justru kebalikannya, orang – orang yang biasa (tidak terlalu pintar) yang
berhasil lolos dalam test tersebut. Amal, do’a, keberuntungan dan lain-lain
juga sangat berperan kita untuk mencapai suatu kesuksesan.
Semua hal di atas saling berhubungan dan saling mempengaruhi
seseorang dalam mencapai kesuksesannya. Jika kita hanya punya potensi tetapi
tidak mempunyai keyakinan sama saja bohong atau kita akan gagal dan tidak akan
menjadi orang yang sukses, begitu juga yang lain. Oleh karena itu kita harus
punya semua hal di atas untuk menjadi orang sukses.
Menemukan Dan Menggali Faktor X
Untuk menemukan dan menggali faktor X, hal-hal yang harus
dilakukan yaitu :
Pertama, potensi Menemukan ‘Pintunya’. Malcom Gladwell
(2008) yang meneliti tentang kesuksesan manusia menemukan karya-karya besar
ternyata tidak ditentukan oleh tingginya skor IQ yang dimiliki manusia, latar
belakang keluarga, tanggal lahir, darah biru atau bukan, melainkan oleh
dedikasi suci dalam mencari pintu keluar dari berbagai labirin kesulitan. Ia menyebut dedikasi itu sebagai suatu
kecerdasan praktis. Talenta atau bakat itu hanyalah sebuah kesempatan, namun
untuk menjadi ”sesuatu”, bakat itu harus diasah agar ia mengeluarkan aura
cahayanya dan menemukan pintunya (Maxwell, 2007).
Kedua, memancing keberuntungan. Hoki atau keberuntungan tak
akan datang tiba-tiba. Seperti yang banyak dipelajari dari praktek-praktek
penerapan ilmu keberuntungan China (fengshui), keberuntungan harus dipancing
agar ia mau datang. Demikianlah dalam kehidupan spiritual kita, Tuhan yang maha
pengasih pun mendengarkan doa manusia yang tulus, yang terus mengetuk-ngetuk
pintunya dan menunjukkan keseriusan dalam berusaha. Dan keberuntungan hanya
datang pada orang-orang yang siap, yang sejak awal cocok menerimanya. Itulah
yang disebut ”pintu” oleh Maxwell atau kecerdasan praktis oleh Gladwell, atau
dedikasi suci.
Ketiga, bakat menemukan pintunya. “Faktor X” itu melekat ada
diri Anda masing-masing dan baru menjadi “faktor X” kalau ia berhasil menemukan
pintunya maka temukan dan ketuklah pintu-pintu itu. Sikap Anda terhadap “pintu”
itu akan tercermin pada apa yang Anda dapatkan. Dalam berwirausaha, seorang
pemula dapat diibaratkan sebagai seseorang yang mencari pintu. Sukses yang
dicapainya adalah sebuah keberhasilan menemukan pintu yang sesuai dengan minat
dan masa depannya. Untuk “menemukan” pintu itu ia harus mengetuk-ngetuk dan
menemukannya. Ia melawan rasa nyaman sampai benar-benar mendapatkan jawaban
yang setimpal.
Keempat, temukan “X” Kecil dan “X” Besar. Faktor “X” adalah
sesuatu yang harus kita cari dan kita miliki. Ia akan menemani siapa saja yang
ingin berubah, menjadi lebih baik. Orang yang tidak ingin berubah juga memiliki
faktor “X”, namun itu hanyalah “X” Kecil yang berarti sebuah kenyamanan. Ia
sudah nyaman dengan kondisi sekarang dan tentu saja hidupnya tidak akan
mengalami kemajuan. Entrepreneur adalah orang yang merasa hidupnya kurang
nyaman, terancam, miskin atau kurang bermakna. Ia berjuang mengejar kenyamanan
baru. Ia bergerak, berjalan, berpikir, mengetuk pintu, mengambil resiko,
mencari produk, membuat, membangun usaha, mendatangi pelanggan. Faktor “X” yang
melekat dengan diri kita itu adalah benda tak berwujud, namun dapat dirasakan.
Awalnya ia tidak berada pada diri Anda, atau kecil sekali. Namun kalau kita
tekun ia akan terus tumbuh karena ia hidup. Dan karena ia hidup, ia pun dapat
menjadi mati. Ia akan hidup kalau kita menjaga kepercayaan, menumbuhkan
kreatifitas dan keahlian, dan memberi banyak oksigen dari lingkungan yang
bersih. Ia akan mati kalau kita main-main dengan kepercayaan, berperilaku
arogan, menentang pembaharuan, dan membiarkan terjadi penuaan.
Kelima, identifikasikan faktor “X”. X besar ada di tangan
orang dewasa, yaitu orang-orang yang sudah memiliki kepercayaan pasar.
Sedangkan “X” kecil ada pada diri kita masing-masing. Bentuk “X” pun
macam-macam. Ia dapat berasal dari diri Anda sendiri, orang lain, lembaga lain,
dan sebagainya. Darimanapun sumbernya, ia bisa tumbuh menjadi besar dan
sebaliknya. “X” yang berasal dari diri sendiri adalah bakat (talenta), kerja
keras, kejujuran, kecerdasan, keterampilan, penampilan fisik Anda, kualitas
suara, pendidikan.
Editor: AF
Sumber Tulisan
http://pengusahamuslim.com/memahami-9-aspek-penting-sebelum-memulai-usaha
diakses tanggal 23 Desember 2013