![]() |
Gambar: Amak Fizi/Google |
Berbagai perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana ia hidup. Untuk mencapai tujuan ini, maka realisasi diri itu yang biasa disebut aktualisasi diri adalah sangat penting. Namun tidak statis. Tujuan dapat dianggap sebagai suatu dorongan untuk melakukan sesuatu yang tepat untuk dilakukan, untuk menjadi manusia seperti yang diinginkan baik secara fisik maupun psikologis. Akan tetapi, tidak semua individu dapat menjalani proses perubahan ini sebagaimana yang harus dilaluinya sesuai dengan usia dan tugas perkembangannya. Ada individu-individu yang mengalami hambatan ataupun permasalahan dalam perkembangan, yaitu terhambatnya proses perubahan yang bertujuan untuk aktualisasi diri. Hambatan ini dapat terjadi sejak masa bayi sampai dewasa, yang kemudian akan lebih dibahas mengenai anak dan remaja, baik yang dialami sejak lahir akibat faktor-faktor pranatal, genetis, maupun yang terjadi dalam proses perkembangan itu sendiri (akibat interaksi dengan lingkungan).
Hambatan perkembangan yang terjadi dapat berupa gangguan yang tidak menetap (seperti anorexia nervosa, bulimia dan lain-lain) dan ada juga yang digolongkan sebagai gangguan yang menetap (Autisme, Rett, Asperger dan lain-lain). Hambatan perkembangan dapat juga berupa keterlambatan perkembangan, di mana tidak tercapainya tugas perkembangan pada waktu yang ditentukan. Efek dari terjadinya hambatan dalam perkembangan ini sangat luas, tidak hanya berpengaruh pada pencapaian aktualisasi diri karena ada type hambatan perkembangan yang menyebabkan learning disabilities tetapi juga berpengaruh secara sosial di mana individu tidak dapat menjadi orang yang diinginkan baik fisik maupun psikologis.
1. Masa Bayi
Masa bayi merupakan masa ketergantungan, masa ketidakberdayaan dan masa membutuhkan orang lain, atau masa yang menuntut kesabaran orangtua. Secara psikologis, masa bayi merupakan saat terbentuknya sikap dari orang-orang yang berarti bagi bayi. Kebanyakan sikap yang terbentuk sepanjang periode pranatal dan mungkin berubah secara radikal setelah bayi dilahirkan, tetapi beberapa diantaranya relatif menetap atau semakin kuat tergantung pada kondisi pada saat kelahiran dan pada mudah atau sulitnya penyesuaian antara bayi dan orangtua.
Pada masa bayi kerap diiringi dengan tangisan, dimana tangisan ini memberikan petunjuk bahwa bayi menginginkan sesuatu. Hal itu dikarenakan pada masa ini, bayi belum bisa berbicara, dan tangisan sebagai isyarat baginya terhadap sesuatu yang ia kehendaki. Namun, jika tangisan bayi berlebihan dapat mengakibatkan gangguan gastrointestinal, muntah-muntah dan ketegangan saraf serta dapat menimbulkan perasaan kurang aman yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian bayi.
Bayi berkembang pesat, baik secara fisik maupun psikologis. Dengan cepatnya pertumbuhan ini, perubahan tidak hanya terjadi dalam penampilan tetapi juga dalam kemampuan. Perkembangan yang pesat dimulai dari susunan saraf, pengerasan tulang dan penguatan otot memungkinkan bayi menguasai tugas-tugas perkembangan masa bayi, bayi yang berkembang lambat akan mengalami kesulitan pada saat ia mencapai awal masa kanak-kanak.
Pada perkembangan fisik, beberapa bayi memulai kehidupan dengan badan yang lebih kecil dan perkembangan yang kurang normal. Mungkin ini disebabkan karena belum cukup umur atau kondisi fisik yang buruk akibat ibu kekurangan gizi, mengalami tekanan atau kondisi kurang baik lainnya selama periode pranatal. Akibatnya, bayi itu cenderung tertinggal dari teman-teman sebayanya dalam tahun-tahun di masa bayi.
Masa bayi adalah masa pembentukan pola-pola psikologis fundamental untuk makan dan buang air. Meskipun pembentukan kebiasaan tersebut mungkin tidak selesai pada akhir masa bayi. Pada pola makan bayi, permasalahan yang timbul biasanya ketidaksukaan bayi terhadap makanan cair yang terbiasa pada usia empat sampai lima bulan. Sehingga cukup sulit bagi bayi untuk menyesuaikan diri dengan makanan yang agak keras.
Pola buang air, pengendalian buang air besar rata-rata mulai dari usia enam bulan, sedangkan pengendalian buang air kecil mulai antara usia 15 sampai 16 bulan. Dalam hal buang air besar, sesekali bayi mengalami permasalahan ataupun penyimpangan, khusunya ketika bayi lelah, sakit.
2. Masa Kanak-Kanak
Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan saat dimana individu relatif tidak berdaya dan tergantung pada orang lain. Pada saat ini, secara luas diketahui bahwa masa kanak-kanak harus dibagi lagi menjadi dua periode, yakni periode awal yang berlangsung dari umur dua sampai enam tahun dan periode akhir dari enam sampai tiba saatnya anak yang matang secara seksual.
Masa bayi sering membawa masalah bagi orangtua dan umumnya berkisar pada masalah perawatan fisik bayi. Dengan datangnya masa kanak-kanak, sering terjadi masalah perilaku yang lebih menyulitkan daripada masalah perawatan fisik masa bayi. Masalah perilaku itu sering terjadi di awal masa kanak-kanak dikarenakan anak-anak muda sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan yang pada umumnya kurang berhasil. Anak yang lebih muda seringkali bandel, keras kepala, melawan dan marah tanpa alasan serta merasa cemburu.
Pada perkembangan fisik, pertumbuhan selama awal masa kanak-kanak berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan masa bayi. Nafsu makan kanak-kanak tidak sebesar seperti pada masa bayi. Hal ini disebabkan karena tingkat pertumbuhan telah menurun dan sebagian karena sekarang ia telah mengembangkan jenis makanan yang disukai dan dan tidak disukai.
Dalam perkembangan berkomunikasi, biasanya anak-anak mengalami masalah, dimana mutu pembicaraan anak yang buruk/isi pembicaraan anak bersifat merendahkan dan ketidakberhasilan anak-anak untuk mendengarkan lebih banyak menyebabkan kegagalan untuk mengerti. Sehingga pembicaraan mereka tidak terjalin baik.
Di akhir masa kanak-kanak (late childbood) berlangsung dari usia enam tahun sampai saatnya individu menjadi matang secara seksual.
Di masa akhir kanak-kanak ini, dalam kemajuan berbicara, ia mulai terdorong untuk memperbaiki kemampuannya dalam berbicara, yakni dengan memperbaiki ucapan yang salah serta memperbaiki tata bahasa. Anak dapat berbicara mengenai apa saja, tetapi pokok pembicaraan yang digemari bila bercakap-cakap dengan temannya menjadi pengalaman sendiri. Namun kalau anak berbicara tentang dirinya sendiri, biasanya terjadi dalam bentuk bualan. Anak membual tentang segala hal yang berhubungan dengann diri sendiri seperti kehebatannya dalam keterampilan dan berprestasi. Dan pada masa ini, biasanya anak lebih suka mengkritik dan menertawakan orang. Pada saat menyampaikan kritikan, anak lebih sering mengungkapkan dalam bentuk makian atau hal lain yang bersifat merendahkan. Karena sebenarnya anak lebih banyak menonjolkan kelebihan dan kurang berani menunjukkan kelemahan dirinya sendiri.
3. Masa Remaja
Istilah adolescense atau remaja berasal dari kata latin “adolescere” (kata bendanya adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescense mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Bagi sebagian besar anak muda, usia antara dua belas dan enam belas tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Tak dapat disangkal, selama kehidupan janin dan tahun pertama atau kedua setelah kelahiran, perkembangan berlangsung semakin cepat dan lingkungan yang baik semakin lebih menentukan. Tetapi yang bersangkutan sendiri bukanlah remaja yang memperhatikan perkembangan atau kurangnya perkembangan dengan kagum, senang atau takut. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
Pada masa ini, remaja lebih banyak bersikap negatif atau sikap menolak. Biasanya terhadap segala sesuatu, remaja bersikap serba ragu, tidak pasti, tidak senang, tidak setuju. Remaja sering murung, sedih tetapi ia sendiri tidak mengerti apa sebabnya dan sering melamun tidak menentu dan kadang berputus asa.
Permasalahan yang sering dialami pada perkembangan remaja biasanya mencakup budi pekerti remaja, dimana remaja terlibat dalam perbuatan/akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, meliputi: a). Rendahnya Keimanan Remaja terhadap Allah, b). Menurunnya Pelaksanaan ibadah pada remaja, c). Penyalahgunaan Narkoba, d). Seks Bebas, e). Merokok, dan f). Bolos Sekolah
Akibat yang ditimbulkan dari berbagai permasalahan dalam perkembangan sikap remaja ialah: 1). Terkena HIV.AIDS, 2). Mencuri, menodong, mencopet dan sejenisnya, 3). Bunuh diri, 4). Berkelahi dengan teman atau antar sekolah, 5). Kebut-kebutan, 6). Mengguurkan kandungan, dan 7). Berbohong
Dan untuk mengatasi masalah ataupun menghindari permalsahan tersebut yang perlu dilakukan ialah:
- Membekali keimanan remaja
- Memberi contoh dan mengingatkan pengalaman ibadah remaja
- Memberikan informasi tentang bahaya merokok dan narkoba
- Memberikan informasi tentang pengaturan perilaku seksual dalam Islam
- Membiasakan anak bersikap terbuka kepada orangtua
- Mendoakan anak