![]() |
Gambar/Amak Fizi |
Nah bagi Anda, memiliki saudara atau teman yang bergelar sarjana pendidikan yang kerjanya bukan menjadi guru pasti pernah bertanya “kok gak ngajar? Atau “kenapa milih kerjaan lain? Kenapa gak jadi guru aja? Atau mungkin Anda termasuk insan yang bergelar S.Pd yang bekerja diluar dunia pendidikan?
Namun siapa sangka profesi guru kurang diminati oleh masyarakat dan bahkan lulusan sarjana pendidikan pun jarang berminat menjadi guru. Profesi yang dikenal dengan “Pahlawan Tanpa Jasa” ini memang kurang menjanjikan bagi kaum muda sebab berbagai persolan yang mendera dan tanggung jawabnya yang besar.
Nah berikut ini beberapa alasan para sarjana pendidikan enggan menjadi guru, apa saja itu?
Gajinya Kecil
Guru memang dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Tapi, bukan berarti guru gak butuh uang. Anda yang pernah ngajar sebagai guru honorer pasti tahulah berapa gaji guru honorer. Banyak lulusan S1 Pendidikan yang ingin menjadi guru PNS tapi proses melewati tahapan honorernya itu loh, horor! Horor pendapatannya
Memang sih jika menjadi guru PNS gajinya tergolong funtastis, namun jika belum menjadi PNS gajinya bisa mencapai 300ribu selama 6 bulan. Miris!!!
Sebenarnya bisa saja mengajar di institusi pendidikan lain selain sekolah negeri. Misalnya, di bimbel, tempat kursus, atau sekolah swasta. Tapi, mengingat jumlah sarjana pendidikan banyak, persaingannya ketat juga loh. Malah, kadang ada juga sarjana lulusan non-pendidikan ikut seleksi untuk menjadi staf guru di institusi-institusi tersebut. Jadi, daripada rebutan profesi guru, akhirnya agan-sista memilih profesi lain.
Tidak Sesuai Passion
Mau dibayar semahal apapun, jika bekerja pada bidang yang tidak menjadi passion Anda, pasti pekerjaan pun jadi terasa lebih berat. Begitu pula para sarjana pendidikan yang menolak menjadi guru. It’s just simply not their passion. “Lah, terus, kalo bukan passion-nya, kenapa dulu kuliah ngambil jurusan pendidikan?” Simak poin selanjutnya, gan-sist
Dulu Memilih Jurusan Pendidikan Karena Terpengaruh Keluarga/Teman
Entah pengaruh yang bersifat soft seperti bujukan dan rayuan disertai argumentasi, ataupun yang bersifat kasar seperti pemaksaan, pasti ada yang mengalami hal ini.
Jadi, sebenarnya, ketika kelas XII SMA dulu, Anda sudah memiliki pilihan selain jurusan pendidikan. Tapi, kemudian pihak keluarga/teman sepik-sepik atau memaksa hingga akhirnya Anda terjerumus masuk jurusan pendidikan.
Mendapat Beasiswa di Jurusan Pendidikan
Mungkin dulu Anda ikut bergabung untuk beberapa beasiswa. Pokoknya, setiap ada info beasiswa dan bisa memenuhi persyaratannya, Anda langsung apply. Tapi, entah bagaimana, satu-satunya beasiswa yang Anda berhasil dapatkan adalah di jurusan pendidikan. Daripada mendaftar ke jurusan lain yang Anda impikan tapi tidak mendapat beasiswa, akhirnya jurusan pendidikan pun dihajar saja, meskipun tidak yakin akan menyukai bidang tersebut. Akibatnya, ketika lulus dan memasuki dunia kerja, Anda akan memilih profesi di luar bidang pendidikan.
Tidak Menyukai Lingkungan ‘Pendidikan’
Mungkin sebenarnya menjadi guru adalah cita-cita Anda sejak dulu hingga akhirnya memilih jurusan pendidikan. Namun, ketika menjalani praktek kerja/magang, Anda mendapati kenyataan bahwa dunia pendidikan tidak seindah yang orang-orang kira. Banyak kecurangan, pelanggaran aturan, ketidakadilan terjadi di sekolah tempat Anda magang. Pokoknya Anda mengetahui semua borok dunia pendidikan yang menjijikkan. Akibatnya, Anda memutuskan untuk tidak bekerja di lingkungan pendidikan setelah lulus kuliah.
Tidak Suka Anak Kecil
Nah, ini biasanya dialami oleh lulusan Sarjana Pendidikan, tapi lebih sedikit jumlahnya, mungkin sebenarnya Anda menyukai dunia pendidikan, tapi ketika harus menghadapi siswa-siswa SD, badai pun datang. Namanya juga anak kecil.
Ada masalah kecil dengan temannya atau jatuh terpeleset, langsung nangis meraung-raung dengan nada falset yang lebih melengking dari Adam Levine. Bikin kuping Anda serasa dijejelin buah duren, diberi tugas kelompok, malah bermain sekelompok Yah, pokoknya anak kecil memang kadang bertingkah luar biasa, perlu kesabaran ekstra untuk menghadapinya. Akhirnya, daripada harus berhadapan dengan monster-monster kecil itu, Anda pun lebih memilih pekerjaan lain yang ‘aman’.
Terlalu ‘Bandel’ untuk Menjadi Guru
Anda merasa bahwa kepribadian kalian terlalu rebel untuk menjadi seorang guru. Padahal, seorang guru selalu dituntut untuk bisa menjadi panutan bagi siswa-siswanya. Melihat banyaknya peraturan yang harus ditaati, rasanya jadi enggan berkecimpung di dunia pendidikan. Tidak boleh berambut gondrong, tidak boleh memakai pakaian seksi, tidak boleh memakai kuteks warna-warni, tidak boleh mengecat rambut, dan seabrek peraturan lainnya. Daripada Anda terpaksa menjadi pribadi yang fake, akhirnya memilih profesi selain guru saja.
Kurang Menantang
Bagi Anda yang menyukai tantangan dan kejutan, profesi sebagai guru mungkin kurang menantang. Bukan berarti menjadi guru itu pekerjaan mudah loh ya. Hanya saja, pekerjaan di bidang pendidikan itu mungkin cenderung terasa ‘aman’. Anda sudah tahu pola pekerjaannya akan seperti apa, gajinya berapa, apa yang dihadapi, masalah apa yang kira-kira muncul dan bagaimana solusinya.
Banyak sarjana pendidikan memilih bekerja di luar bidang pendidikan karena lebih menantang; misalnya karena pola pekerjaannya tidak mudah ditebak, tantangannya berganti-ganti, persaingannya lebih ketat, lokasi pekerjaannya berpindah-pindah, atau jabatannya bisa berganti sesuai perkembangan karir. Bagi agan-sista yang mudah bosan, pekerjaan demikian lebih menyenangkan daripada profesi guru.
Terlanjur Mendapat Pekerjaan di Bidang Lain
Di dalam hatiAnda mungkin bercita-cita menjadi guru. Tapi, ketika baru lulus dan mencoba melamar ke sana-sini, rupanya Anda diterima di sebuah perusahaan yang sama sekali tidak berurusan dengan pendidikan. Didukung lingkungan kerja yang nyaman dan gaji yang besar, jadilah Anda melupakan profesi guru yang dulu sempat dicita-citakan.
Nah, begitulah kira-kira alasan para sarjana pendidikan menolak menjadi guru berdasarkan versi ane. Buat Anda yang bergelar S.Pd tapi tidak menjadi guru, bener gak tuh? Kalo ada alasan yang kurang, silakan tambahkan di komen. Nanti ane gusur ke sini komennya. (AF)